Namamu, di ayat suciNya



Hari Ahad, tanggal 3 September 2017
Aku buru-buru. Bergegas mengejar KRL yang sebentar lagi berangkat. Tanpa sempat memperhatikan orang-orang, aku langsung saja naik ke KRL jurusan stasiun Manggarai dengan sigap. Melelahkan. Bagaimana tidak, tiga hari yang lalu aku berada di Semarang untuk menjenguk kampus lama dan dua hari kemudian aku berada di Temanggung untuk melakukan Ibadah Sholat Iedul Adha. Dan sekarang? Aku sudah berada di Jakarta. Melakukan perjalanan lintas provinsi, Bekasi - Tangerang Selatan, menggunakan KRL karena besok senin kegiatan kuliah di kampus baruku akan dimulai.

Berdesak-desakan di KRL membuatku harus banyak-banyak bersabar. Aku tidak paham jika KRL selalu sibuk di jam-jam pagi di weekend, karena banyak masyarakat bodetabek yang akan menghabiskan weekendnya di Jakarta kota. Jadi, sepertinya aku akan datang terlambat menghadiri undangan yang diselenggarakan di MBM itu. Ya sudahlah, apa boleh buat.

Pukul 08.30.
Aku tiba di kosku sekitar pukul setengah sembilan. Tanpa pikir panjang, aku langsung berangkat ke MBM, sebuah masjid kampus yang letaknya tidak terlalu jauh dari kosku. Persis seperti yang kuduga, acara sudah dimulai. Dan aku datang terlambat. Aku melangkahkan kakiku dengan hati-hati, setelah terlebih dahulu mengisi lembar absen yang tersedia. Syukurlah masih boleh masuk. Aku duduk di barisan depan, dan bertemu dengan banyak orang yang asing. Asing karena kami yang disini adalah para mahasiswa baru. Tapi biarlah. Bukankah sudah biasa merasa asing di tengah keramaian. Aku hanya perlu memasang muka bersahabat lalu berkenalan, tanpa harus menceritakan kepada orang-orang tentang keterlelahanku lima hari ke belakang. Hal yang biasa, 'kan?

Dan kau tahu? Di hari itu, 3 September 2017, di acara yang dilaksanakan di MBM adalah awal mula aku berkenalan dengan seorang teman yang namanya ada di ayat suciNya. Cahya Tanzila.

Aku memanggilnya Cahya dan dia memanggilku Uswa. Cahya adalah seorang remaja 18 tahun yang berasal dari Balikpapan, sebuah kota besar di Kalimantan. Mahasiswa baru di prodi yang sama denganku. Ia menyapaku, setelah tahu bahwa aku ternyata teman kelasnya. Ramah, bersahabat, dan menyenangkan. Itulah kesan pertama ketika aku melihatnya. Dan secara kebetulan, kos kami sama-sama di satu lingkungan yaitu di Sarmili. Kelak, dengan adanya kesamaan lingkungan kos dan kesamaan arah ini, akan membuat kami menjadi sering berangkat ke kampus bersama begitupun pulangnya. Kelak akan banyak cerita menyenangkan, mengharukan, dan sedikit saja cerita menyedihkan akan adanya Cahya dalam kehidupan kampusku yang baru ini.

Dan cerita hari Ahad ini, berakhir dengan first gathering dengan teman kelas. Hingga gathering ini mempertemukan Aku, Cahya dengan Arum, Alfin (yang sudah aku ceritakan di cerita sebelumnya) :)

 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku menjalani hari-hari perkuliahan di kampus baruku ini dengan penuh motivasi. Terlebih akan hadirnya mereka bertiga dalam suasana yang baru ini. Mereka selalu bisa memberikan dorongan semangat serta selalu bisa memberikan banyak hal baru yang belum pernah aku dapatkan.  Itulah mereka, Cahya, Alfin, dan Arum. Selalu mengingatkan tentang apa tujuanku disini, selalu siap mendengarkan di saat aku butuh tempat cerita, dan mereka selalu ada. Itu dari sudut pandangku, seorang Uswa yang selalu mengeluh kepada mereka.

Tetapi Cahya berbeda.
Kenapa? Mungkin karena  dahulu di SMA dia adalah anak ROHIS, sama sepertiku. Dengan kesamaan background ini, membuat kami menjadi sering sepemikiran. Dalam hal ikut serta di kegiatan keagamaan misalnya. Aku masih teringat dengan jelas, ketika kami berdua berbondong-bondong mendaftar FHQ (Forum Halaqah Quran) dan PKN SMILE. Aku paham bahwa Allah Maha Baik.  Kecemasan terbesar dengan berpindahnya aku di kampus ini adalah ketika aku tidak menemukan "teman" yang akan mengingatkanku dalam kebaikan, mengingatkanku dalam hal ibadah, mengingatkanku jika aku mulai futur. Sekali lagi Allah Maha Pengasih kepada hambaNya. Hingga dihadirkannya seorang Cahya yang selalu menjadi pengingatku. Tentang mentoring, tentang hafalan AlQur'an, tentang waktu kuliah yang bertepatan dengan sholat isya', dan masih banyak lagi yang lain.
Terkadang, motivasi menghafal adalah karena ketika mendengarnya semangat menghafal sebuah surat dan terkadang komitmennya terhadap islam membuatku ingin belajar lebih dan lebih.
Bagiku, hal itu cukup menjadikan suasana kampus baru ini seperti kampus lamaku. Dimana banyak teman-teman yang mengajakku berjuang bersama di jalan Allah.

Bukan hanya tentang orientasi akhirat. Cahya juga berbeda dari mereka, Alfin dan Arum. 19 tahunnya Cahya sekarang yang selalu mempunyai prinsip tegas dalam hidupnya adalah panutan bagiku, yang masih ragu-ragu. Dan juga, keinginannya untuk terus mengembangkan potensi menjadi pemantikku agar tak hanya berdiam saja tanpa arti dan tanpa karya. Dan
Terlalu banyak pelajaran berharga yang bisa aku tuai, dari setiap ceritanya, dari setiap tindakannya, atau yang lainnya. Mungkin itulah makna nama belakangmu yang ada di ayat suciNya, sebuah sinar kebaikan yang merupakan kiriman dari Allah kepada orang-orang di sekitarmu.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Singkat cerita, hari demi hari, minggu-demi minggu, dan bulan-demi bulan terlampaui. Terlalu banyak cerita yang tak mungkin bisa kutuliskan dalam satu malam. Terlalu banyak pemahaman baru yang membuatku banyak belajar dan banyak tersadar. Terlalu banyak pemaknaan-pemaknaan dari setiap pengambilan keputusan. Terlalu banyak waktu yang aku habiskan dalam menjalani setiap detakan memori dengan penuh kebahagiaan.
Hingga aku tersadar,
Hingga tak terasa aku sudah menempuh tiga per empat perjalanan di kampus ini. Di saat aku menulis tulisan ini, di ruang depan banyak teman-temanku yang sedang belajar, karena mahasiswa kampus ini sedang disibukkan dengan UTS Semester Genap. Aku sudah menempuh satu minggu UTS dan artinya UTS tinggal seminggu lagi yang tersisa empat mata kuliah. Semoga semuanya diberikan kesehatan, dan teruntuk Cahya, Alfin, dan Arum semoga semangat kalian selalu stabil dan semoga selalu dimudahkan dan dilancarkan.

Sampai pada detik ini aku menulis cerita ini, aku masih bersyukur dan akan selalu bersyukur karena hadirnya kalian bertiga dalam kehidupan kampusku. Awalnya aku ragu untuk berteman dekat dengan kalian, karena buat apa. Aku terlalu takut dengan memori pertemanan lama yang selalu berakhir menyakitkan jika jalinan yang ada, terlalu dekat. Tapi di sisi lain, melihat kalian yang baik-baik saja, aku yakin hal itu tidak berlaku bagi orang seperti kalian. Kelak, ketika aku mempunyai kesempatan, akan kuceritakan kepada orang-orang bahwa aku mempunyai teman-teman yang hebat seperti kalian. Hebat dalam hal apa memangnya? Terlalu picis jika aku mengatakan kehebatan kalian hanya di bidang akademik. Bukan itu. Aku menemukan keteguhan prinsip, kerendahan hati, keikhlasan memberi pada diri kalian. Terimakasih telah menjadi teman yang kelak akan kuceritakan kepada orang-orang. Terimakasih sampai pada detik ini kalian selalu bisa menjaga semangatku tetap menyala. Terimakasih untuk kalian yang selalu ada.

Semangat UTS yang tersisa.
Pengakun2, PPN, PAI, dan TND.
Fighting!

Komentar