Dari Semarang hingga Tangerang Selatan (Catatan Akhir Tahun 2017 *part 1)


Sebuah cerita tentang perjalanan masuk PKN STAN

 Berbicara tentang hidup, memang sangat penuh kejutan. Hidup adalah rahasia Allah, Sang Pencipta Kehidupan. Hidup juga menyimpan berjuta misteri, terutama tentang takdir yang membersamai hamba-hambaNya. Bahkan, hidup memang sulit ditebak, sulit diprediksi, dan tak ada yang mengetahui, kecuali Sang Ilahi.

Inilah secuil kisah hidupku di tahun 2017 ini. Penuh tantangan dengan gejolak dinamika kehidupan. Penuh dramatisme perjuangan. Penuh lika-liku yang berujung pada penempaan diri menjadi lebih bisa bertahan, lebih banyak bersyukur, dan lebih bisa memaknai arti bertanggung jawab terhadap keputusan.

Perkenalkan Aku Uswa, aku lulus SMA tahun 2016. Saat itu, di akhir masa SMA, aku dan teman-teman kelas 12 yang baru lulus mengalami masa hektik "berburu" universitas dengan perspektif masing-masing. Entah itu memang murni minat, kualitas kampus, atau bahkan gengsi. Aku, dengan idealisme tentang kenyamanan studi, memilih jurusan di PTN yang berhubungan dengan Sains dan Teknologi. Saat pengumuman kelulusan PTN, Alhamdulillah aku diterima di Teknik Kimia Undip Semarang. Saat itu aku juga lolos tahap I USM PKN STAN, namun aku tidak melanjutkan ke tahap selanjutnya, karena saat itu aku sudah memilih untuk melanjutkan pendidikan tinggi di PTN.




Pengumuman SNMPTN

 
Pengumuman USM tahun 2016
Singkat cerita, satu semester telah berlalu dengan menorehkan banyak pengalaman dan pembelajaran kehidupan. Entah suka maupun duka, entah menyamankan ataupun meletihkan, entah dibuat bangga atau dibuat kecewa, entah membahagiakan ataupun mengecewakan. Namun yang jelas, ada beberapa hal yang membuat diri ini kurang nyaman sehingga terpikirkan untuk beralih jurusan. Memang sangat beresiko dan harus berani menanggung konsekuensi, terlebih sudah banyak materi, tenaga, dan pikiran yang telah dikorbankan untuk satu semester ini.

Targetku sebenarnya bukan hanya beralih jurusan, tetapi aku juga ingin beralih dari PTN ke PTK (Perguruan Tinggi Kedinasan) dan PTK yang aku pilih adalah PKN STAN. Mengapa harus PTK? Beberapa alasanku adalah :1) Perguruan Tinggi Kedinasan memberikan jaminan pekerjaan yaitu sebagai  ASN (Aparatur Sipil Negara) atau lebih dikenal dengan PNS. Ini adalah alasanku yang paling utama, karena di zaman sekarang mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah dan di zaman sekarang banyak lulusan sarjana yang menganggur. Sehingga PTK bisa menjadi alasan agar cepat mendapatkan pekerjaan. 2) Perguruan Tinggi Kedinasan memberikan kepastian lama studi. Misalnya jenjang D4 ditempuh dalam waktu 4 tahun, jenjang D3 ditempuh dalam waktu 3 tahun, dan jenjang D1 ditempuh dalam waktu 1 tahun. Lama studi yang sudah bisa dipastikan ini bisa menjadi bahan estimasi rencana dan target akademik selanjutnya serta memberikan kesempatan yang sama untuk seluruh mahasiswa. 3) Perguruan Tinggi Kedinasan adalah langkah nyata bagiku untuk berkontribusi pada Negara ini. Dengan menjadi ASN, tentu masa muda dan masa tua kita sudah siap kita tujukan untuk Negara ini. Ini adalah hal menarik, karena sejak SMP aku tertarik dengan tata kelola pemerintah di Negara ini. 4) Perguruan Tinggi Kedinasan dalam hal ini PKN STAN adalah impian setiap orangtua pada anaknya. Menurutku, jika aku bisa bisa menjadi bagian dari PKN STAN, akan bisa mewujudkan mimpi orangtuaku dan tentunya bisa membuat mereka tersenyum bangga.

Saat acara Leadership Training di jurusan, aku mengutarakan niatku untuk beralih jurusan pada keluarga, dan alhamdulillah dengan banyak pertimbangan, kakeluargaku menyetujui niatku tersebut. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah mendaftarkan diri secara online untuk mendapatkan nomor BPO dan jurusan yang aku pilih di pilihan pertama adalah D3 Pajak dan di pilihan kedua adalah D1 Pajak dengan lokasi tes di Yogyakarta.

Konsekuensi awal yang aku hadapi adalah prioritas waktu yang akan terbagi, antara mempersiapkan Ujian Saringan Masuk di PKN STAN atau  mennyelesaikan tugas akademik di Teknik Kimia. Jujur saja aku tidak ada persiapan intens untuk menghadapi USM PKN STAN di bulan April nanti. Aku hanya menggantungkan dan menyerahkan pada Allah, toh soal USM sudah pernah aku taklukkan tahun lalu. Menurut prediksiku, soal USM tahun ini tidak begitu jauh dengan tahun lalu. Mungkin aku hanya perlu memperdalam TOEFL Bahasa Inggrisku karena kebanyakan para pejuang USM tidak lolos karena terkena nilai mati di soal Tes Bahasa Inggris. Hanya itu strategiku, tak ada yang lain.

Dan akhirnya 23 April 2017 itu tiba. Aku menghadapi USM untuk yang kedua kalinya dengan kondisi yang berbeda. Jika tahun 2016 lalu aku mengerjakan USM masih sebagai siswa SMA yang ingin coba-coba dan tetap berupaya, tetapi di 2017 ini aku mengerjakan USM berstatus sebagai mahasiswa yang menaruh harap besar namun tanpa persiapan. Dua hal yang kontradiktif memang. Tetapi takdir Allah, siapa sangka kan? Alhamdulillah, namaku termasuk di dalam daftar peserta yang berhak mengikuti tes tahap II dan artinya aku lolos USM PKN STAN tahun ini. Sepertinya kesempatan kedua telah hadir di depan mata. Aku melihat ada jalan menuju kampus Ali Wardhana yang mulai terbuka. Allah sangat baik terhadap hambaNya memang. Aku percaya Allah pasti akan memberikan yang terbaik untuk hambaNya. Terimakasih Ya Allah.
Pengumuman tahap I, USM

Walaupun tahap kedua dan seterusnya nanti pasti akan berat, -seperti yang sudah kuceritakan di awal- yaitu karena masalah prioritas waktu. Antara mempersiapkan ujian PKN STAN atau menyelesaikan beban akademik di Undip. Terlebih di jurusanku ini sedang hektik dengan laporan praktikum yang tidak bisa dikesampingkan karena sistemnya berkelompok. Aku hanya berharap, semoga keputusanku untuk beralih jurusan tidak merugikan kelompok praktikumku. Semoga Allah menguatkan pundak dan pikiran ini agar laporan praktikum dan persiapan ujian PKN STAN bisa kuselesaikan dengan baik.

Tes tahap II masih di Yogyakarta. Tes tahap II ini lebih dikenal dengan TKK atau Tes Kebugaran dan Kesehatan yang di antaranya adalah lari memutari lapangan dan shuttle run (lari membentuk angka 8). Walaupun perjalanan saat tes ini, aku mengendarai sepeda motorku dari Semarang-Yogyakarta, tetapi Alhamdulillah atas kuasa Allah, aku berhasil melaksanakan tes ini. Padahal tak ada persiapan TKK sama sekali. Latihan laripun tidak ada. Bahkan, saat TKK itu aku baru pertama kali melaksanakan shuttle run. Semua ini atas karunia Allah. Alhamdulillah. Semoga PKN STAN memang takdir yang Allah tetapkan untuk masa depanku.
 
Pengumuman tahap II, TKK
Musim UAS di Undip bertepatan dengan tes tahap III. Mau tidak mau, aku harus memilih antara persiapan TKD CPNS atau belajar untuk UAS. Aku mulai serius dengan keinginanku untuk beralih jurusan dan memilih untuk mempersiapkan TKD dengan semaksimal mungkin karena aku belum pernah menghadapi soal-soal TKD. Selain itu, materi-materi TKD seperti Sejarah Indonesia, Pancasila, dan Kewarganegaraan adalah hal-hal yang mulai kulupa. Sementara dengan UAS di Undip, aku hanya perlu membaca materi yang dosen berikan dan cukup tahu konsep dari soal UAS saja.

Tes tahap III juga tetap dilaksanakan di Yogyakarta, tepatnya di BDK Yogyakarta. Tes tahap III/TKD ini bertepatan dengan UAS Rekayasa Lingkungan. Sehingga aku memilih untuk melaksanakan TKD PKN STAN.  TKD ini dilaksanakan dengan menggunakan sistem computer, sehingga perlu kejelian mata saat melihat soal. Dan yang membuat seru adalah skor yang kita dapat langsung di tampilkan di layar monitor komputer kita. Aku tidak berharap lebih, harapanku hanya bisa melampaui batas lulus. Namun Alhamdulillah skor TKDku lebih dari harapanku. Sekali lagi semua ini atas kuasa Allah semata. Alhamdulillah

Penantian menjelang pengumuman membuat hari-hariku tidak tenang. Pengumuman tahap akhir ini benar-benar menentukan, apakah aku akan tetap di teknik kimia dan melanjutkan mimpi menjadi engineer yang sempat tertulis di kala itu atau apakah aku akan diberikan kesempatan untuk menjadi bagian dari kampus Ali Wardhana dan menciptakan mimpi-mimpi baru dan harapan-harapan baru. Aku serahkan pada Allah, yang penting, aku sudah berusaha semaksimal mungkin, sudah mengupayakan kemampuanku, sebisaku.
Dan.. pengumuman itu akhirnya diumumkan
Ada namaku di daftar peserta yang lolos
Uswatun Chasanah, D1 Pajak

Bersyukur. Diberikan Allah di pilihan kedua. Selain itu, aku sangat bersyukur karena tahun ini, pendidikan di PKN STAN dilaksanakan di kampus Jakarta. Mungkin memang ini jalan yang Allah berikan untuk masa depanku. Dalam waktu dekat, aku mempersiapkan segala berkas untuk daftar ulang di kampus PKN STAN. Dan dalam waktu yang bersamaan pula aku melengkapi berkas-berkas pengunduran diri dari Undip.

Singkat cerita, aku telah siap merantau ke Tangerang Selatan, ke kampus Ali Wardhana. Aku meninggalkan segala hal yang ada di Semarang.  Namun, pengalaman dan pembelajaran yang aku dapatkan satu tahun ini, niscaya akan kuusahakan untuk kuamalkan. Karena perpindahanku ini adalah takdir. Seperti yang pernah dituliskan oleh Tere Liye :
“Takdir tidak pernah bertanya apa perasaan kita, apakah kita bahagia, apakah kita tidak suka. Takdir bahkan basa-basi menyapapun tidak. Tidak peduli. Karena kita mau menerima atau menolaknya, dia tetap terjadi”

TERUS..
GIMANA NIH PENGALAMAN SELAMA KULIAH DI PKN STAN?
..To be continued


Komentar

Posting Komentar