Aku Pulang. Pulang walau sebentar
Assalamu’alaikum pembaca. Di saat kamu membaca tulisan ini, mungkin sedang pagi, siang, sore atau mungkin malam. Terimakasih telah berkunjung di blog pribadiku, membaca kisah tentang catatan kehidupan. :)
Hari kamis di minggu ini
bertepatan dengan tanggal merah. Mau nggak mau seluruh aktivitas dinas dan
pendidikan libur dong. Begitupun
berlaku bagi kampus, yang mengharuskan dosen dan mahasiswanya untuk libur. Tidak
ada kegiatan berarti yang aku lakukan untuk mengisi kekosongan liburku. Aku
mengisinya dengan menuntaskan yang belum tuntas, mengerjakan tugas resume dan membaca novel misalnya.
Membaca novel? Jangan tanyakan. Hobi-ku sejak SMP adalah membaca novel. Andrea
Hirata dengan Laskar Pelangi-nya telah menjadikan aku jatuh cinta kepada novel,
menjadikan aku ingin selalu membaca dan menghayati setiap goresan tinta yang
dipikirkan para penulis hebat.
Hari jumat di minggu ini
aku berencana untuk pulang ke rumah. Pulang ke Temanggung. Ada acara resepsi Mas’ku di Temanggung. Harus pulang? Iya
harus. Rencana kepulanganku sudah terencana sejak bulan Februari kemarin. Bapak tidak ingin aku tidak datang.
Bahkan Bapak sendiri yang bilang, “Kalau Mbak nggak datang, acaranya kita
tunda. Kita ganti tanggalnya sampai setelah lebaran.” Mendengar kalimat
dari Bapak, mungkin sedikit berlebihan. Tapi aku belajar untuk paham. Orang tua
mana yang tidak ingin anak-anaknya berkumpul lengkap di moment bahagia. Aku
belajar untuk paham tentang perasaan Bapak dan juga Ibu yang sangat
mengharapkan aku untuk pulang walau
sebentar.
Namun, tidak dapat
dipungkiri. Terlalu banyak misteri dalam kehidupan ini. Terlalu banyak
kejadian-kejadian yang mengharuskan kita mengambil keputusan. Terkadang keputusan bahkan harus kita ambil diantara dua
pilihan sulit. Yaa seorang kakak
kelas pernah berkata, “H idup adalah pilihan dan setiap
pilihan pasti akan mendatangkan konsekuensi yang harus kita pertanggungjawabkan.”
Aku mendapat kalimat ini ketika aku diwawancari untuk dicalonkan sebagai Ketua
OSIS di SMP, kalimat sederhana yang penuh makna. Aku selalu belajar banyak hal
dari kalimat ini. Di waktu sekarang ini.
Masih di hari kamis. Di sore
menjelang malam, aku membuka laptop. Menyalakannya. Memeriksa grup line kelas, memeriksa e-mail masuk, dan mengakses google untuk melihat berita terkini. Tiba-tiba
aku tersentak. Seorang penanggung jawab mata kuliah mengirimkan berita kalau
mata kuliah tersebut akan dilaksanakan hari Sabtu. Astaga aku sudah akan skip 3sks, apa harus aku skip 5sks? Aku membacanya dengan sedikit
gemetar, memikirkan segala kemungkinan. Lantas, dengan hati-hati aku mengirim chat ke temanku yang menjadi Penanggung Jawab matkul tersebut. Mengatakan bahwa
aku tidak bisa hadir, meminta untuk menanyakan kepada dosen yang bersangkutan,
menegosiasi tentang kemungkinan hari lain, lalu mengatakan terimakasih
sebanyak-banyaknya karena telah membantu. Setelah itu, aku semakin gemetar dan
hampir saja tergugu. Ya Allah, aku tidak
ingin absen…
Mengapa hanya absen
satu-dua kali saja dipermasalahkan? Bukankah wajar ketika mahasiswa tidak masuk
karena ada acara penting yang tidak bisa ditinggalkan. Bahkan bukan hanya acara
penting, tertidur lalu absen untuk datang, adalah hal yang biasa bagi mahasiswa,
kan? Jawabannya adalah biasa, untuk ukuran mahasiswa di tempat lain. Tapi
disini berbeda. Sistem perkuliahan di kampus ini berbeda. Ada aturan-aturan yang
mengharuskan warga kampusnya menaati. Karena peraturan dibuat untuk ditaati,
kan. Aku tidak bicara jika absen satu-dua kali adalah larangan dalam peraturan
kampus ini, aku tidak mengatakannya. Justru di peraturan disebutkan bahwa
kehadiran minimal 80% untuk bisa ikut ujian. Lantas, apa yang sebenarnya aku
khawatirkan?
Hidup adalah pilihan dan
setiap pilihan mendatangkan konsekuensi yang harus dipertanggunjawabkan.
Aku terlalu khawatir
akan banyak hal. Aku sungguh tidak ingin meninggalkan mata kuliah karena
apapun. Aku ingin masuk. Mendengarkan setiap detail penjelasan dosen. Mencerna
kuliah dengan kemampuan maksimalku. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu
kuliah. Terlalu buruk menurutku ketika aku sudah digratiskan untuk mengenyam
pendidikan di kampus ini lalu dengan mudahnya aku mengabaikan dengan tidak
masuk. Terlalu berlebihan? Tidak. Aku berbicara dari sudut pandang seorang “aku”.
Semoga kamu yang membaca paham jalan pikirku. Lantas bagaimana?
Hidup adalah pilihan dan
setiap pilihan mendatangkan konsekuensi yang harus dipertanggunjawabkan.
Sebelum aku membuat keputusan akan kemungkinan pilihan-pilihan, seolah-olah bantuan
Allah tiba-tiba datang. Seorang teman mengirim pesan pendek kepadaku,
mengatakan bahwa tidak apa-apa absen kalau hanya sekali, toh selama ini aku
selalu rajin datang, kan? dia memberikan argument-argumen logis bahwa
kepulanganku sudah aku rencanakan sejak lama. Tidak apa-apa tetap pulang. Aku
menyetujuinya, lalu mengucapkan terimakasih untuk dukungan yang telah ia
berikan.
Bismillah aku membuat keputusan itu. Keputusan terbaik yang
aku pilih, yang mungkin jika aku tidak memilih hal ini sekarang, sepuluh tahun
ke depan aku akan menyesal. Aku memutuskan untuk pulang. Pulang walau sebentar. Ada harapan Bapak dan Ibu yang menunggu
kepulanganku. Ada sejuta sesak di dada yang hanya akan terobati jika aku
pulang. Ada rindu yang telah berputar arah dan harus dikembalikan kepada
tempatnya. Aku akan pulang. Pulang walau
sebentar.
Hidup adalah pilihan dan
setiap pilihan mendatangkan konsekuensi yang harus dipertanggunjawabkan.
Ada konsekuensi dari
pilihan yang aku ambil. Aku akan skip
2 mata kuliah untuk 5sks. Tidak mengapa. Tidak perlu khawatir dan kecewa.
Bukankah untuk mendapat kebahagiaan kamu harus berani mengorbankan? Maka
jemputlah kebahagiaanmu itu. Tak usah ragu untuk tidak berkorban. Aku sekarang
hanya perlu berdo’a, semoga akademikku baik-baik saja dan semoga kepulanganku
memberikan makna yang dalam akan tujuan-tujuan dan mimpi-mimpi, makna mengapa
aku harus disini. Sudah saatnya untuk bangkit dari keterpurukan. Sudah saatnya
untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak sepantasnya aku pikirkan. Apalagi… apalagi
bulan Ramadhan akan segera datang. Sudah saatnya aku menyibukkan dengan hal-hal
yang bernuansa kebaikan. Semoga dengan pulang, setidaknya aku bisa bangkit. Bangkit
dari keterpurukan, dan bangkit dari jebakan pikiran tentang hal-hal yang tidak
seharusnya aku pikirkan.
Aku percaya akan rencana
Allah yang sangat indah. Pasti ada makna indah pula dibalik semua ini. Tentang
kuliah di hari Sabtu dan tentang kepulanganku. Tapi, aku percaya pula dengan
keajaiban, keajaiban yang diciptakan oleh Allah, Sang Pembuat Keajaiban. Siapa
tahu kuliah dibatalkan, kan? Hanya ada manusia yang berharap dan hanya Allah
yang akan menjawab melalui keputusannya. Aku pulang. Pulang walau sebentar.
Komentar
Posting Komentar