Kapan main ke rumah lagi? Bapak Ibuku seneng kalo kamu main ke rumah





Sabtu pagi di 30 Maretku tidak seperti rutinitas seperti biasanya. Lembur di kantor membuatku tetap bangun pagi-tetap mandi pagi-dan tetap cari sarapan pagi. Tapi, ide dari Khoi nyobain bubur jagung dekat patung arjuna, cukup membuat suasana hari ini berbeda.


Perjalanan pulang beli bubur jagung, terbesit pikir, lantas agak ragu aku menanya,
"Kamu berencana pulang jam berapa, Khoi?"
"Jam 1 kalo nggak jam 2"
"Tawaranmu kemarin malam masih berlaku?"
"Kamu berubah pikiran, Us?"
"Menurutmu gimana?"
Kamu diam. Hanya hening yang ada dalam tanyaku di atas motormu yang melaju saat itu. Ah sudahlah, nanti saja.


Sesampai di tempat parkir motor kantor, aku bergegas ke lantai 2, membawakan bubur jagungnya teman-teman, kemudian Khoi bertanya kepadaku, memastikan,
"Jadi main ke rumahku, Us?"
"Jadi Khoi, nanti aku ambil piket sampai jam 3 ya"
"Yaa, aku nanti ikut sampai sore juga berarti"


Sore harinya, dalam guyur hujan yang tak begitu deras, kami tetap melakukan perjalanan dengan motoran. Setelah berhenti sebentar menunaikan panggilan azan, kami melanjutkan perjalanan. Tapi hujan sudah reda, kuyup yang membasahi jas hujan kamipun sudah mengering dengan sendirinya.


Udara malam di Boyolali memang tak sedingin Temanggung. Tetapi perjalanan  motoran yang hening tanpa percakapan, membuat suasana sekitar terasa dingin. Tersebab itu, aku berpikir memecah keheningan, melemparkan tanya kepada Khoi yang sedang fokus dengan kendaraan di depannya,
"Khoi, kamu tau alasanku jadi main ke rumahmu?"
"Apa, Us?"
"Biar besok kalo kamu nikah, aku udah tau rumahmu, hehehe"
Lalu kita tertawa. Tertawa keras sama-sama heran.
"Emang sama siapa, Us Uss.."
"Ya ketentuan Allah siapa tau kan.."
Setelah itu, perjalanan 1 jam tidak terasa lama karena ada saja tema yang bisa dibicarakan, tapi lebih banyak aku menanyakan tentang daerah-daerah di sekitar, dan dengan sabar Khoi menjelaskan.


Setelah bercerita bersama-berdzikir saat hening-bergumam sendiri di perjalanan, nggak terasa, di hari yang sudah menginjak malam, sampai juga di rumah Khoi. Ibu-Bapak Khoi menyambut ramah dan mempersilakanku duduk untuk menikmati hidangan.
"Mboten usah repot-repot, Buk"
"Jangan pekewuh, anggap saja seperti rumah sendiri"
"Enggih, Buk"
Jawaban enggih (re: iya) dengan anggukan disertai senyum pekewuh kepada Ibuk Khoi, menjadi pilihanku saat itu.
Malam ini, aku bergabung duduk bersama keluarga Khoi. Kami menonton acara politik di televisi hingga selesai, disertai obrolan hangat disela pariwara. Aku mendengarkan dengan saksama saat Ibuk Khoi bercerita, karena banyak pelajaran yang bisa aku petik dari cerita-cerita beliau. Menakjubkan :)


Ahad pagi 31 Maretku di rumah Khoi, diawali dengan sholat shubuh berjamaah. Setelah itu kami sarapan, bermain dengan Alis, lalu saat matahari mulai meninggi kami pergi ke taman rusa. Di sore hari kami menikmati hujan di rumah sembari menonton film biografi tentang seorang tokoh yang patut diteladani dan sangat berpengaruh. MasyaaAllaah.


Lalu, Ahad malamku diakhiri dengan duduk bersama di meja makan, bersama keluarga Khoi. Menjawab pertanyaan Bapak Khoi tentang Temanggung, serta mendengarkan nasihat beliau, yang salah satunya,
"Mbak, kalau bercita-cita itu yang tinggi nggih, kalau Khoi itu tak minta bercita-cita jadi Menteri Keuangan"
Mendengarkan harapan optimis ini, aku ber-Aamiin dan ikut mengangguk tanda menyetujui kalimat dari beliau.
Setelah itu aku bercerita dengan Ibuk Khoi, mendengarkan setiap kata yang beliau ucapkan, memahami setiap kalimat yang beliau ceritakan, dan memaknai hikmah setiap kisah yang terlantunkan.


Dua malam bersama keluarga ini membuatku bersyukur. Bersyukur karena bisa menyambung tali silaturahim, bisa banyak mengambil hikmah, dan bisa mendengarkan banyak kisah tentang banyak hal yang dapat dijadikan pelajaran untuk bekal ke depan.
Dari yang niat awalnya biar tau aja rumahnya Khoi, biar pas Khoi nikah nggak bingung alamat rumah, tapi pas  pulang tersadar, ternyata dapat banyak pengalaman yang Alhamdulillah :)


Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezkinya, dan ingin dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahim.” (HR. Bukhari)


"Aku udah main ke rumahmu, terus kapan kamu main ke Temanggung?" ^-^

Komentar