A L F I N (bukan) the Chipmunks
Masih ingat film “Alvin the Chipmunk”? Itu
adalah film kartun yang menurutku menarik sebagai hiburan. . Sebuah film
tentang tiga tupai yang suka menyanyi. Alvin yang paling tertua menjadi
pemimpin adik-adiknya yang nakal, suka membuat keonaran namun justru yang
paling cepat menjadi terkenal dibanding kedua adiknya. Simon adalah si jenius
dan berkacamata. Terakhir adalah Theodore yang paling gemuk dan baik hati namun
mudah dipengaruhi. Tapi di sini aku tidak sedang ingin membahas tentang Alvin
si tupai pembuat onar itu. Aku ingin membahas tentang Alfin. Alfin dengan huruf
“F” bukan “V”. Seorang kawan bermain di kampus Ali Wardhana. Lebih dari sekadar
kawan bermain mungkin, Alfin adalah motivator yang selalu memberikan kawan-kawannya
semangat untuk belajar hehehe
Baru kali ini aku menulis cerita tentang seseorang
karena permintaan dari seorang teman, katanya tulisanku bagus, katanya dia
ingin tahu bagaimana anggapanku tentang dia, katanya dia ingin aku menulis
tentangnya. Eh bukan tentangnya. Tapi tentang tiga teman kelasku di kampus PKN
STAN, tentang mereka yang sudah mulai melekat di hati dan tentang mereka yang
sudah mulai membuatku khawatir jika kenapa-napa, dan juga tentang mereka yang
selalu menjadi alasan untuk tertawa. Mereka yang akan aku tuliskan ini, salah
satunya adalah “Alfin”…
Tentang Alfin
Alfin mempunyai nama lengkap Alfin Dwi Astuti.
Seorang remaja yang berasal dari Muntilan, Kabupaten Magelang. Aku lupa tanggal
lahirnya, kalau nggak salah 15 April 1998. Jangan salah. Alfin adalah seorang
perempuan hehehe. Lahir dan besar di kota Candi Borobudur membuat aksen jawanya
terlihat sekali. Namun, dia adalah teman kelasku yang sangat keren dan fasih
menggunakan bahasa indonesia jika presentasi materi di depan kelas.
Alfin pernah sekolah di SMPN 2 Muntilan lalu
melanjutkan ke SMAN 1 Muntilan. Kata Alfin SMAnya dahulu bergabung dengan SMAN
1 Kota Magelang, sebuah SMA favorit di Magelang. Bahkan bukan hanya di
Magelang, tapi di kota-kota sekitarnya, Temanggung misalnya. Pada akhirnya karena
banyak pelajar lulusan SMP di daerah Muntilan yang ingin melanjutkan ke SMA
favorit itu, maka didirikanlah SMAN 1 Muntilan, SMAnya Alfin. Kau tahu?
Berarti SMAnya Alfin ini mempunyai kualitas yang tak kalah dengan SMAN 1 Kota
Magelang. Menurutku begitu. Ehm, memang hanya ituyang aku tahu tentang background SMAnya. Hehehe
Remaja berkacamata ini mempunyai nasib, yang boleh
dibilang sama denganku. Nasib yang mana? Nasib bahwa kita adalah lulusan SMA
tahun 2016 tetapi baru masuk PKN STAN tahun 2017. Setahun sudah kami berada di
Universitas. Alfin di Fakultas Teknologi Pertanian UGM sedangkan aku di
Fakultas Teknik Undip. Aku tahu hal ini ketika ada acara first gath dengan teman kelas 1-36 D1 Pajak. Kelak akan ada banyak
cerita menarik tentang aku, Alfin, Cahya dan Arum, yang kemudian menamai
kelompok ini dengan CAUSA (Cahya, Alfin, Uswa, Arum). Entah darimana akronim
itu muncul, tapi darimana lagi kalau bukan aku yang iseng menamainya. Hehehe
Bintaro Plaza
Cerita itu bermula ketika kuliah Pengantar Ilmu
Hukum (PIH), tanggal 26 Oktober 2017, hari jumat pukul 07.30 sampai 09.10 di
kelas I107. Dan kau tahu, saat itu AC di ruang kelas kami mati. Kau yang tidak
tahu mungkin akan bertanya, memang mengapa dengan AC yang mati? Bukankah
kondisi kelas tak ada bedanya? Kalau kau berpikir demikian berarti kau salah
karena ini adalah Bintaro. Bukannya kami merasa ketergantungan dengan AC,
tetapi udara yang panas menuntut kami berharap agar ada udara segar di kelas kami yang
masuk. Atau kalau tidak, kami akan kuliah dengan ditemani keringat yang
menjalar di sekujur tubuh. Dan hari itu saat kuliah PIH, aku merasakan hal itu.
Aku tak bias berkonsentrasi.
Seusai kuliah, Cahya mengajak kami bertiga ke Bintaro
Plaza karena dia mau membeli tas. Alfin dan Arum setuju. Sedangkan aku menolak.
Tapi Arum berhasil membujukku. Terbujuk dengan sedikit terpaksa lebih tepatnya,
karena panasnya cuaca hari itu membuat moodku
menurun dan ingin rasanya segera pulang. Namun yasudahlah. Sekali-kali bermain
tidak apa-apa kukira. Bermain bersama tiga teman, yang aku yakin, pasti mereka
akan merindukannya pada suatu saat nanti.
“Naik apa nih?”, kataku.
“Go-car aja deh”, Cahya bilang.
“Okedeh”
“Berempat aja nih? Tanyaku
“Iya berempat aja, biar seru”, kata Alfin
“Hehehe. Okedehh. Emang mau ngapain aja sih?”, Tanyaku masih disertai mood yang belum stabil.
“Banyak deh wa, ntar kita tu pertama ngantar cahya kan, terus kita juga
harus photobox. Sambil jalan-jalan
juga Iiih seru deh pasti”
Arum mengangguk tanda setuju dengan Alfin.
“Okee semoga emang seru, seperti yang dibilang Alfin. Aamiin” batinku.
“Okee semoga emang seru, seperti yang dibilang Alfin. Aamiin” batinku.
Jarak dari kampus ke BP (sebutan untuk Bintaro
Plaza) lumayan dekat jika ditempuh dengan mobil tetapi lumayan jauh jika
ditempuh dengan berjalan kaki. Kami memutuskan untuk nge-gocar. Semua orang tahu lah apa yang dilakukan anak muda kalau ke
mall. Belanja? Nonton? Makan-makan? Membosankan.
Namun, aku salah. Ternyata kami benar-benar
menikmati perjalanan ini. Bukan karena tempatnya di mall, tapi karena kami berjalan berempat. Setiap kerecehan yang
mereka lontarkan selalu membuatku tertawa. Dan anehnya, aku suka. Ada-ada saja
mereka ini. Sambil berjalan-jalan melihat seisi mall, mereka bercerita tentang kehidupan masing-masing di SMA. Dari
semua cerita yang mereka ceritakan, ada tiga kesimpulan. Kesimpulan yang
pertama adalah mereka semua receh. Kesimpulan kedua adalah mereka receh. Dan
kesimpulan ketiga mereka receehh. Heheheh.
Mungkin aku sudah tertular kerecehan mereka. Biarkan, yang penting aku senang.
Mungkin aku sudah tertular kerecehan mereka. Biarkan, yang penting aku senang.
Setelah ke gramedia, kami memutuskan untuk take photobox. Entah ide darimana, sepertinya
Alfin yang memulai. Aku agak lupa. Sampai-sampai Mbak-Mbak penjaga photoboxnya dibuat kesal dengan tingkah
kami, yang terlalu lama memilih kostum, terlalu lama memilih background. Hahaha. Padahal aku ingat,
ada yang mengantri setelah kami. Tapi kami abaikan. Biarin kalau kata mereka.
“Eh, bentar guys. Kita harus buat grup” Kata Alfin
“Buat apa fin? wkwkw” Kataku sambil
ketawa
“Buat share foto kita dong wa”
“Ohhh, boleh deh. Grup WhatsApp kali
ya”
“Iya boleh tuh grup WA”, kata Cahya
“Mana nomer hp kalian? Kamu berapa
wa?” kata Alfin
“…”
“…”
“Done
guys, namanya “Squad B aja”” kata Alfin
“hahahaha terserah dah fin”, kata
Arum
“hahaha”
Alfin punya ide membuat grup. Dia seenaknya
menamai “Squad B aja”. Tentu ada cerita lagi kenapa akhirnya aku mengubah
namanya menjadi “CAUSA”. Tunggu aja. Biarlah cerita ini mengalir dengan
sendirinya. hehehe
Singkat cerita, setelah keliling-keliling
kesana-sini dan capek, kita memutuskan untuk mencari makan siang di BP. Lebih
lucu lagi kami bertemu dengan Bapak ramah yang cucunya kuliah juga di PKN STAN,
di prodi Bea Cukai, lulus tahun ini. Senang rasanya, bisa berbagi cerita dengan
Bapak itu. Beliau menceritakan kalau dia adalah pensiunan Pegawai Pajak. Beliau
bercerita kalau kuliah di sini, kami harus rajin belajar dan harus selalu
semangat. Makan siang yang seru.
Alhamdulillah moodku sudah membaik. Sejak tadi ketika aku mendengarkan kerecehan
mereka. Hehehe
Apalagi ditambah tragedi pemesanan go-car yang tiba-tiba seenaknya aku cancel ditambah kerecehan Alfin yang
membuat renyah suasana, mereka tertawa lepas. Terserahlah. Tapi hal ini kocak,
membuatku juga tak ingin menahan tawa. hahaha
Singkat cerita, kami pulang dengan perasaan
lega. Bukan karena jalan-jalan di mall nya, tapi karena waktu berharganya. Aku
akan menjadi orang yang menyesal ketika aku menolak ajakan mereka tadi dan
memilih untuk pulang. Bisa jadi aku tak akan sedekat ini dengan mereka.
Terimakasih walaupun b aja. Hehehe
Alfin dan UGM
Alfin adalah mahasiswa UGM yang masuk tahun
2016 melalui Ujian Mandiri. Menurutku sangat menakjubkan. Dia bisa bertahan
dengan pilihannya yaitu UGM dan bisa mewujudkan keinginan ayahnya untuk berkuliah
di kampus rakyat itu. Dia pintar dan cerdas. IPKnya bagus. Bukan bagus tapi sangat
luar biasa. Tetapi pemikiran dewasanya membuatnya memilih pilihan yang tepat,
menurutku. Pilihan realistisnya membuatnya rela berjuang lebih keras. Dan
takdir Allah mampu mewujudkan harapan barunya dan harapan orangtuanya, yaitu
beradanya dia di kampus Ali Wardhana ini.
Pernah menjadi mahasiswa di universitas membuat
kami mempunyai pengalaman yang berbeda dengan teman-teman kelas yang lainnya.
Aku bersyukur. Ada orang seperti Alfin yang ditakdirkan Allah untuk berada di
kelas ini. Setidaknya ada teman yang seumuran denganku dan mengerti “cara
berpikirku”. Aku menjadi selalu bersyukur karena Alfin selalu mendengarkan cerita-cerita
lamaku. Mendengarkan keluhanku ketika rindu dengan kehidupanku di kampus lama Dan
selalu mengingatkanku jika aku terpuruk pada kenangan lama yang menyayat, menasehati
bahwa takdir hidup itu harus dijalani dengan ikhlas. Itulah Alfin, bisa
menempatkan mana saat bercanda dan mana saat serius.
UGM juga telah mengajarkan banyak hal pada
Alfin. Terlihat dari setiap ada masalah di kelompoknya, maksudku tugas
kelompoknya, dia selalu menjadi problem
solver. Bijaksana. Walaupun kadang banyak juga ngeluhnya. Kadang ketika dia
yang mengeluh, aku mencoba bisa menjadi penasehatnya. Berkata bahwa kita harus
maklum. Ya Begitulah. Saling menasehati dan menguatkan. Namanya juga teman.
Tentir Statistika
Aku bilang kampusnya dulu pernah mengajarkan
banyak hal pada Alfin. Tak terkecuali Statistika. Kau tahu? Bukannya menjelekkan,
tapi dosen statistika di kelas kami kurang bisa menjelaskan. Padahal Ujian
Tengah Semester sudah di depan mata dan mau tidak mau dan suka tidak suka, kami
harus menguasai kuliah statistika ini. Katanya, kuliah statistika adalah “momok” untuk mahasiswa PKN STAN. Tetapi
Alfin pernah mengambil kuliah Statistika Industri di kampus lamanya. Sehingga
sudah jelas dia menguasai kuliah itu. Dia pun menjadi tentir statistika untuk kami.
Hari itu, di perpustakaan kampus, aku, Arum,
Kharisma, dan lain-lain mendengarkan Alfin menentiri
kami.
Keren dan jelas. Dia menjelaskan setiap detail
rumus dengan pelan-pelan. Memahamkan kami satu persatu. Walaupun pada akhirnya
aku pulang dahulu, karena ada suatu hal. Dan katanya, saat tentir ada sesuatu
hal yang membuat tak senang, tapi aku salut.
Dia bisa mengatasinya.
Dan pada akhirnya, kau akan tahu bahwa Alfin
menjadi tentir abadi statistika untuk kelasku ini. Terutama untuk teman-teman
yang dahulu background jurusannya SMA
IPS. Tentu tidak terbiasa dengan rumus-rumus di Statistika Industri ini. Dia
selalu meluangkan waktu untuk belajar bersama teman yang memintanya, terlepas
dari kesibukannya magang di Media Center.
Bahkan H-1 UAS pun dia masih mau belajar bareng teman-temannya. Mungkin hal
biasa bagi teman-teman yang membaca. Tapi menurutku sebagai seorang Alfin yang
selalu bilang bahwa jika H-1 Ujian dia harus fokus ke dirinya dulu, maka itu
adalah hal yang luar biasa. Aku berlebihan? Terserah. Itu pandanganku saja.
Pengumuman hasil UTS
Hasil memang tak pernah menghianati usaha.
Jangan kau sepelakan memberi sapaan, jika kau
ingin banyak teman
Jangan kau lupa untuk berdoa, jika kau ingin
hidup tenang
Jangan kau sepelakan kata belajar, jika kau
ingin hasil ujian maksimal
Jika kau ingin hasil yang maksimal, maka
berusahalah juga yang maksimal.
Begitulah kira-kira pelajarannya.
Hasil UTS dibagikan. Tidak serta merta dibagikan
begitu saja. Namun, tergantung kehendak dosen. Singkat cerita, hasil UTSku
sesuai dengan bagaimana caraku mengusahakannya, hasil UTS Alfin menurutku juga memuaskan
dan tak sedikit teman-teman yang menginginkan bisa belajar dengannya. Syukurlah
pertemanan ini membuahkan hasil yang positif. Terlihat juga hasil UTS Arum dan
Cahya juga cukup memuaskan. Ternyata dibalik kerecehan kami, aura semangat
belajar kami selalu bisa menular satu sama lain. Bagus. Hehehe
Terakhir
Seperti remaja pada umumnya yang memilih
berteman dengan seseorang yang cocok dan nyaman. Mungkin namanya teman
sepermainan. Seperti juga aku, Alfin, Cahya dan Arum. Harapanku, semoga ketiga
temanku ini bisa meraih apa yang mereka harapkan dengan kuliah di kampus ini.
Dan, terkhusus Alfin semoga penempatan di jawa tengah adalah doa yang akan
dikabulkan. Aku mendoakan.
Sekian cerita 2017 ku. Cerita 2018 tentang Alfin the Chipmunks #2 mungkin akan kurangkum menjadi satu. Kelak. Semoga masih diberi kesempatan menulis :)
Komentar
Posting Komentar