Pelajaran Organisasi saat SMA #2

Ditulis di Temanggung, tanggal 11 Mei 2015



Hai .Mungkin hari ini aku akan bercerita tentang pelajaran organisasi yang aku dapat. Mungkin hari ini aku akan berbicara tentang perasaan. Ya perasaan yang mungkin kurang pantas dimiliki oleh seorang praktisi profesional dari sebuah organisasi.


            Langsung saja, hari ini ada rapat Satria Manggala. Satria Manggala adalah nama organisasi pramuka di sekolah ku. Aku termasuk di dalamnya. Bahkan mereka mempercayaiku untuk menjadi pradana putri mereka. Entah hati berkecamuk sedang merasuki tubuh ini. Aku bahkan tidak bisa berpikir dengan kepala dingin. Emosi ku meledak ledak, hati ku tak mau diajak kompromi. Entah dan entah.


            Jumat lalu diadakan sebuah perlombaan pramuka sebagai penutup ekstrakurikuler tahun ini. Awalnya aku ragu, dan terus saja berspekulasi bahwa tak akan ada yang ikut serta pada kegiatan ini. Ternyata sebuah keajaiban seperti datang tiba – tiba. Seluruh kelas berpartisipasi. Bahkan jauh dari dugaan. Ternyata spekulasiku meleset. Dan dampaknya? Ya pada rapat hari ini. Kata kata pada selebaran itu disalahkan. Mereka berpendapat dan merasa diri masing masing yang paling benar. Aku hanya diam ketika pradana putra berbicara, aku tak menghiraukannya. Ketika ditanya pendapat pun aku hanya diam. Singkat cerita, rapat pun selesai.


            Aku dan temanku kembali ke kelas untuk mengambil tas kami dan tak sengaja aku mendengar seseorang berkata bahwa aku tidak bertanggung jawab. Entah pendengaranku yang kurang berfungsi atau memang perasaanku sedang tidak enak.Tapi, hatiku berkata bahwa itu pembicaraan yang benar. Benar bahwa aku tidak bertanggung jawab.Aku ingin menangis ketika di perjalanan pulang

.
            Ternyata otak dinginku masih berfungsi secara normal. Mungkin itu adalah suatu teguran yang tak sengaja aku dengar, mungkin dia lemah untuk menyampaikannya. Bila aku kurang bertanggung jawab terhadap apa yang aku tulis, mungkin memang iya. Saat itu aku hanya berpikir yang terpenting info lomba harus di sosialisasikan lewat tulisan dengan cepat. Mungkin aku kurang jeli pada saat itu. Bangun pagi dan langsung membuat selebaran untuk diedarkan di kelas tanpa berpikir dampak yang ada. Tanpa berpikir panjang, aku dan temanku membagikan selebaran itu ke kelas kelas. Jadi siapa yang salah? Harus kah aku mencari kambing hitam dari semua masalah ini? Harus kah aku menyerahkan diriku dan dengan bangga nya mengatakan bahwa aku yang salah? Haruskah aku menghakimi diriku sendiri? Haruskah aku menyalahkan anggota anggotaku yang tak tau apa apa? Haruskah aku menyalahkan orang yang hanya berbicara tanpa bertindak? Kupikir tidak. Sikap itu adalah seperti sikap anak kecil yang selalu merengek di depan orang tuanya. Aku tidak mau seperti itu. Solusi dari permasalah ini adalah sederhana. Sangat sederhana. Mungkin kami saja yang terlalu membesar – besarkan masalah sederhana. Apa iya sederhana?

Kurangnya komunikasi dan rasa tanggung jawab adalah masalah utama. Seharusnya kita berpikir bahwa sebuah organisasi bukan hanya Penyelenggara kegiatan atau Event Organizer (EO). Tapi organisasi adalah sebuah perkumpulan orang – orang  yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama dan siap dengan segala konsekuensi yang ada. Lantas? Sudahkan tujuan sama itu terpatri dalam hati kita masing – masing? Sudahkah kita tau visi dan misi organisasi yang kita ikuti? Sudahkah kita menerima konsekuensi dengan bukti melakukan suatu kegiatan tanpa pamrih? Bila belum, tanyakan pada diri sendiri. Tanyakan apa tujuan mu disini. Bukankah tujuan kita sebagai pramuka adalah melakukan kegiatan dengan mengamalkan dasadharma kita? Ubahlah pola pikir bahwa organisasi adalah tempat berdebat tanpa ujung. Organisasi adalah tempat orang – orang yang siap menghadapi perbedaan karakter manusia dan datang untuk menyatukan bukan memecah belah. Karena menyatukan lebih sulit dari memecahkan.


(Pelajaran. Jadi, jika kamu mendengarkan perkataan yang tak seharusnya kau dengar, perkataan yang hanya akan menjadi beban pikiran, perkataan yang akan mengganggu kelancaran sebuah tujuan, perkataan yang akan mengecilkan diri kamu sehingga membuat kamu menjadi seorang pengecut yang selalu diliputi rasa bersalah, maka buanglah kata itu jauh jauh, anggap saja kau tak pernah mendengarkan nya. Selalu ingat, tujuanmu dalam berorganisasi untuk apa. Selalu tanamkan bahwa perbedaan adalah seni dalam kehidupan ini)

Komentar